Rabu, 15 Maret 2017

Paper Training For Trainer (TFT) HMI BADKO JATIM.



Suasana Training For Trainer (TFT) HMI BADKO JATIM. di BKD Kab. Probolinggo. doc. BPL HMI Pamekasan


PEPER

Metode Penyampain NDP HMI
(Perspektif Lokal Wisdom HMI Cabang Pamekasan)
Oleh Bidang Pembinaan Anggota dan Badan Pengelola Latihan HMI Cab. Pamekasan

Abstrak

Himpunan mahasiswa islam merupakan organisasi mahasiswa tertua di indonesia yang sudah banyak memberikan kontribusi yang kongkret bagi bangsa, khususnya dalam bidang distribusi kader , hampir setiap lini organisassi yang di prakarsai oleh ayahanda lafran pane itu mengisi ruang –ruang strategis baik dibidang pemerintah sampai non pemerintah (swasta).

Sebagai organisasi yang berlatar belakang islam serta memegang teguh prinsip-prinsip plural dan mempunya ideologi yang disebut dengan nilai-nilai dasar perjuangan (NDP), HMI kini lebih progresif dalam hal pemikiran tetang keislaman di tengah era modernisasi, NDP sendiri dilahirkan dari aktifitas spiritualitas kakanda Nurcholis Madjid yang akrab disapa Cak Nur.

Saat ini NDP tetap menjadi ideologi HMI serta selalu menjadi materi wajib disetiap penyeleggaraan training formal HMI Cabang Pamekasan mulai dari latihan kader I samapai intermediate training (LK II).

NDP di setiap penyelenggaraan basic training hmi komisariat se-pamekasan selalu menjadi materi urgen serta sorotan baik dari perseta maupun panitia hal ini tidak lepas dari substansial dan  radikal dengan berbagai contoh yang menarik dan bersentuhan langsung dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari.

Bebagai metode penyampaian NDP yang bervariasi juga disuguhkan oleh masing-masing pemateri diantaranya metode dekonstruksi, kedua metode kontruksi, ke tiga kontemplasi, ketiga metode ini salaing berhubungan, pada umumnya pemateri diawal-awal menyampaikan materi dengan menggunakan metode dekonstruksi (Pembongkaran), lalu kemudian menggunkan metode kontruksi (penataan) dan terakkhir menggunakan metode kontemplasi (kekhusuan).

Akhir-akhir ini pemateri menggunkan metode internalisasi (penyadaran) hal ini dipandang perlu untuk menyadarkan nilai - nilai NDP bagi para peserta bastra (basic training) dari tidur panjang dalam implementasi nilai-nilai keislaman dalam aktifitas sehari-hari selain itu juga menstimulisasi kemampuan kader dalam merespon persoalan ketuhanan, kemanuaian, individu, keadilan sosial dan ekonomi.



Bab I Pendahuluan
I.             Latar belakang
Himpunan mahasiswa islam merupakan organisasi mahasiswa tertua di indonesia yang sudah banyak memberikan kontribusi yang kongkret bagi bangsa, khususnya dalam bidang distribusi kader , hampir setiap lini organisassi yang di prakarsai oleh ayahanda lafran pane itu mengisi ruang –ruang strategis baik dibidang pemerintah sampai non pemerintah (swasta).
Dasar atau pedoman HMI tidak boleh meninggalkan Al-Qur’an dan Hadist. Oleh karena itu dalam materi khususnya NDP (Nilai Dasar Perjuangan) yang biasa di ikuti oleh kawan kawan HMI harus terdapat ayat-ayat Allah maupun sunnah Rosulullah sebagai literaturnya, literature tersebut diilmiahkan atau dilogikakan sesuai tuntutan dunia intelektual kita. Agar secara pengkaderan tidak terjebak dalam pemikiran Islam Liberal, seperti halnya membiarkan kader/calon kader tidak memiliki pilihan dalam berIslam, yang lebih konkritnya, gara-gara kajian NDP kader yang awalnya bersholat bisa sampai meninggalkan atau tak mau lagi bersholat seperti yang dialami sahabat dekat saya. (Nau’udzubillah).

Solusi terhadap krisis Keislaman pada tubuh HMI saat ini, berdasarkan perkembangan HMI yang lebih maju dalam pengkaderan politis sehingga pengkaderan yang lain terabaikan, fenomena ini dapat terlihat melalui produk HMI itu sendiri, jika dari lingkup politik HMI pun cukup eksis, sedangkan dalam lingkup intelektualitas dan keislaman HMI pun tak terdengar lagi. Penguatan pada Islam secara pemikiran yang mana kajian terhadap NDP porsinya mesti lebih ditingkatkan, kualitasnya juga lebih dikembangkan dengan membuat kajian yang sustainable atau berkelanjutan sesuai tema yang mau didalami atau dibutuhkan.

Kemudian perlu adanya penguatan kultur keislaman itu sendiri, dengan cara menghidupkan gerakan kembali ke masjid. Karena masjid merupakan simbol kekuatan Islam yang harus di hidupkan sebagai muslim sejati, dan juga bisa menepis anggapan tudingan sekuler atau liberal yang merupakan cikal bakal krisis keislaman dalam tubuh HMI. Dan yang terakhir, lingkup Fiqih, belajar Al-Qur’an, maupun tafsir hadist harus difasilitasi sesuai kebutuhan kader, agar terciptanya kader yang tidak buta islam atau dalam istlah kawan dikenal dengan “Islam taklid”.



II.           Rumusan masalah

1.    Bagaimana metode penyampaian NDP ?
2.    Efektifitas penyampain NDP ?

III.         Tujuan
Ada beberapa tujuan di dalam penyampaian NDP di HMI Cabang Pamekasan berdasarkan metode yang digunakan diantaranya sebagai berikut :
1.    Dekonstruksi
1.1         Membongkar konsepsi (tasawwur) awal tentang ketuhanan dari peserta
1.2         Menstimulisasi arah pemikiran pesarta supaya mengetahu sejauh mana pengetahuan tentang identtas keislaman
1.3         Menghidupkan forum
2.    Rekontruksi
1.1         Menghidupkan forum
1.2         Menyusun kembali konsepsi (tasawwur) hasil dari dekonstruksi
1.3         Menentukan arah konsepsi yang benar
3.    Kontempalsi
1.1         membulatkan pikiran hasil dari rekonstruksi

4.    Internalisasi
1.1         Penyadaran diri tentang status (Identitas diri)
1.2         Membongkar konsepsi (tasawwur) awal peserta guna memberikan pemahaman baru tentang konsepsi itu.




Bab II Pembahasan


I.            Metode  penyampaian NDP

Secara sederhana metode penyampaian materi  dapat dipahami sebagai teknik atau cara menyampaikan suatu materi. Beberapa metode penyampaian materi yang sering dijumpai antara lain ceramah, diskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan metodologi penyampaian materi secara sederhana dapat dipahami sebagai alur/kerangka berpikir atau tahapan dalam penyampaian materi. Ada pula yang memahami metodologi sebagai sebuah ilmu yang berupa rangkaian metode. Dari pemahaman sederhana terhadap kedua term tersebut, terlihat benang merah antara keduanya, yaitumetode berada pada wilayah taktis dan metodologi berada pada wilayah strategik.

Mana yang lebih penting untuk dikuasai oleh seorang pemateri/instruktur/pemandu? Tanpa perlu diperdebatkan, saya menyarankan “Kuasailah metode”. Dalam sebuah riwayat,seseorang menghadap Rasulullah saw dan menyatakan bahwa ia tertarik untuk masuk Islam, namun ia juga menyatakan bahwa ia masih sangat suka dengan maksiat, sehingga ia meminta untuk tidak diberikan syarat yang berat dalam ber-Islam apalagi dilarang bermaksiat. Mendengar hal itu Rasulullah saw tersenyum dan bersabda, “Untuk ber-Islam tidak sulit, cukup membacakalimah Syahadat, dan yang lainnya cukup kamu berjanji untuk tidak berbohong”. “Kalo demikian saya sanggup ya Rasulullah,” kata orang itu,kemudian ia membaca kalimah Syahadat.

Suatu kali ia bertemu dengan TTM-nya yang cakep dan diajak untuk berasyik-masyuk, tetapi ketika ia akan melakukannya, ia teringat akan janjinya pada Rasulullah untuk tidak berbohong. “Bagaimana kalo Rasulullah nanya apakah ia masih berzinah, kalo jawab tidak artinya berbohong, tapi kalo menjawab iya, artinya hukum akan berlaku,” pikirnya. Akhirnya ia mengurungkan perbuatan zinah-nya,demikian pula ketika ia akan melakukan perbuatan maksiat lainnya, ia selalu mengurungkan karena ia teringat akan janjinya untuk tidak berbohong, sampai akhirnya ia dapat meninggalkan semua perbuatan maksiatnya[1].

Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,biasanya manusia mendapatkannya melalui indera dan aqal. Pengetahuan yang didapat melalui sebagian saja di antaranya, biasanya memiliki daya keyakinan yang lemah, sebaliknya ketika memaksimalkan seluruh indera dan aqalnya, maka akan memiliki daya keyakinan yang sangat kuat (haqul yakin). Keyakinan yang sangat kuat akanterderivasi dalam keseharian, baik disadari ataupun tidak.

Oleh karena itu, untuk mengefektifkan pemberian materi, maka sebaiknya menggunakan metode yang mampu memaksimalkan seluruhindera dan aqal, atau minimal indera pendengaran dan penglihatan. Beberapa fakta menunjukan bahwa indera penglihatanakan memberikan dampak yang lebih kuat  dari padaindera pendengaran.

Jebakan potensial yang seringkali mendera seorang pemateri antara lain:
1. Ingin didengar, tak mau mendengar
2. Ingin dimengerti, tak mau mengerti
3. Menjadi orang luar

Berikut metode-metode yang digunakan oleh para NDPer HMI Cabang Pamekasan ;

No
Metode
Manfaat
1.
DEKONSTRUKSI
-          Memberikan pengetahuan baru
-          Meningkatkan sikap kritis
-          Membangkitkan ide
2.
KONTRUKSI
-          Memehami pengetahuan baru
-          Meningkatkan sikap kritis
-          Berdialektika
3.
KONTEMPLASI
-          Memfokuskan diri
-          Membulaatkan fikiran

METODE (BARU)

1
INTERNALISASI (PENYADARAN)
-          Menyadarkan diri
-          Memberikan wawasan baru

Berikut pemateri NDP HMI Cabang Pamekasan ;

NO
NAMA
BIDANG

SAMHARI M.HI
SYARIAH

SYA’RONI SYAM M.PD
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SULAISI ABDUR ROZAQ M.IP
ILMU POLITIK

IBNU ALI M. FIL
FILSAFAT ISLAM

LASAN  MASDUKI M.ES
SYARIAH

II.         Efektifitas penyampain NDP

Beberapa pengalaman menunjukan bahwa rasa suka penerima materi terhadap pemberi materi seringkali mempengaruhi penerimaan materi. Jika penerima materi sudah terlanjur tidak suka terhadap pemberi materi, maka biasanya akan mengabaikan apa pun yang keluar dari si pemberi materi. (Ini salah satu resiko menggunakan metode brain washing, maka perlu diperhatikan time limit jika menggunakan metode ini).

Posisi sebagai orang luar seringkali membuat jarak/batas antara penerima materi dan pemberi materi, sehingga menghambat proses transfer ilmu pengetahuan. Salah satu turunan dari jebakan ini adalah lemahnya daya kenal terhadap kemanusiaan.

 Syahdan menurut sebuah kitab keagamaan, manusia tercipta dari tanah,hal ini juga dapat berarti bahwa manusia memiliki karakteristik tanah, dimana ia bisa dibentuk menjadi apa pun, dan hanya dapat diisi sesuai dengan bentuknya.

Secara sederhana dan tersimplifikasi, untuk menjadi seorang pemateri, sebaiknya:

1. Menjadi contoh
2. Mau memberi, mendengar, dan mengerti
3. Manjadi bagian
4. Menjadi pembelajar




Bab III Penutup
I.             Kesimpulan
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,biasanya manusia mendapatkannya melalui indera dan aqal. Pengetahuan yang didapat melalui sebagian saja di antaranya, biasanya memiliki daya keyakinan yang lemah, sebaliknya ketika memaksimalkan seluruh indera dan aqalnya, maka akan memiliki daya keyakinan yang sangat kuat (haqul yakin).

Keyakinan yang sangat kuat akan terderivasi dalam keseharian, baik disadari ataupun tidak. Oleh karena itu, untuk mengefektifkan pemberian materi, maka sebaiknya menggunakan metode yang mampu memaksimalkalkan seluruh indera dan aqal, atau minimal indera pendengaran dan penglihatan. Beberapa fakta menunjukan bahwa indera penglihatan akan memberikan dampak yang lebih kuat daripada indera pendengaran.

II.           Saran

Tidak ada satu pun metode yang buruk atau yang terbaik dalam pemberian suatu materi, yang ada hanyalah metode yang tepat atau tidak tepat. Pada dasarnya seorang pemateri adalah manusia biasa, bukan robot yang terprogram ataupun Kakek Segala Tahu dalam kisah Wiro Sableng, maka jadilah manusia. 

Disampaikan dalam acara Training For Trainer (TFT) yang digelar oleh  HMI Badan koordinasi (BADKO) Jatim.  Tempat di Badan Kepegawaian Daerah Kab. Probolinggo tanggal 10-12 Maret 2017.

[1] Metode penyampain NDP oleh Encep Hanif Ahmad sebagai Ketua Umum Bakornas LPL periode 2004-2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar