![]() |
Moh. Khorofi pengurus HMI Cab. Pamekasan sekaligus mahasiswa Pascasarjana STAIN Pamekasan |
HMI merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan tertua di Indonesia yang diprakarsai oleh Lafran Pane di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H ataubertepatan pada tanggal 5 Februari 1947 M dua tahun pasca kemerdekaan Republik Indonesia disebuah kampus yang bernama STI (Sekolah Tinggi Islam) kini menjadi UII(Universitas Islam Indonesia).
HMI yang merupakan organisasi perkaderan, hal ini ditegaskan dalam AD HMI pasal 8 memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan potensi setiap kadernyaterutama mengenai segala wawasan keislaman dan wawasan kebangsaan. Sehingga peran serta kader HMI selalu berada pada posisi yang terdepan dalam menyikapi berbagai persoalan di Negeri ini yang bersifat insidental maupun dalam menggagas pembangunan di Negeri ini.
Hal ini tidak lain dalam rangka mewujudkan tujuan HMI yaitu “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggung jawad atas terciptanya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah Swt”. Melalui tujuan HMI tersebut dapat dipahami bahwa dalam perkaderan, lebih menekankan pada pengembangan potensi kelimuan kader sehingga dengan keilmuan yang mumpuni seorang kader dapat memberikan inovasi-inovasi baru dalam menciptakan masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh allah swt.
Usia HMI yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi telah mumpuni dalam menjalankan roda organisasi termasuk dalam hal perkaderan. Karena perkaderan dalam HMI telah menjadi ruh dari organisasi yang harus selalu dibina dan diutamakan dalam upaya melahirkan kader-kader yang produktif dan berdedikasi tinggi untuk kemajuan bangsa indonesia dalam segala bidang. hal ini terbukti dengan banyaknya kader HMI yang terjun ke dalam berbagai bidang pemerintahan dan kemasyarakatan di indonesia, baik dalam dunia pendidikan, interpreneur, kebudayaan, birokrasi dan bahkan dalam dunia politik.
Perjalanan HMI dalam mengembangkan perkaderan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kenapa demikian? Hal ini karena adanya berbagai dinamika internal maupun eksternal dalam HMI, salah satunya adalah sifat apatis mahasiswa dalam menyikapi berbagai persoalan keumatan dan kebangsaan, sifat apatis inilah yang pada saat ini menjadi permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa.
Lagi-lagi ini karena pergaulan dikalangan para mahasiswa khususnya mahasiswa islam yang hedonis sehingga membiasakan para mahasiswa islam berfoya-foya dalam menikmati masa mudanya. Terbukti dengan banyak para mahasiswa pada saat ini yang kurang memiliki kepekaan sosial dan mengalami penurunan kualitas intelektual mahasiswa, dan ini tidak perlu banyak pembuktian karena dalam setiap kampus kita sudah dapat melihat, menilai, bahkan mengalami hal tersebut.
Disamping karena adanya sifat apatis tersebut, perkaderan dalam HMI sendiri pada penerapannya sedang mengalami pergeseran orientasi perkaderan. Maksudnya adalah perkaderan sendiri pada saat ini sedang mengalami perbedaan orientasi yang pada awalnya untuk memiliki idealisme yang tinggi yang dibuktikan dengan kreatifitas dan karya tulis dikalangan kader HMI sekarang telah bergeser menjadi orientasi bagaimana seorang kader memiliki pengaruh dalam kancah perpolitikan ditanah air sehingga bukan tidak mungkin hal tersebut hanya akan melahirkan kader-kader yang hanya dapat berkoar-koar berorasi tanpa memiliki kemampuan akademik yang jelas tapi juga membuka peluang akan hilangnya sifat keakademisan kader HMI yang selama ini menjadi ciri khas dalam setiap gerakannya memperjuangkan misi keummatan dan kebangsaan.
Hal ini seakan menjadi situasi yang berat bagi para kader HMI untuk kembali pada khittah perkaderannya yaitu, perkaderan yang berorientasi pada nilai-nilai akademik, politik, interpreneur, dan keprofesian, keempat orientasi perkaderan tersebut merupakan empatmacam perkaderan yang seharusnya dilaksanakan secara integratif sehingga melahirkan kader-kader yang paripurna.
Oleh sebab itu perkaderan dalam HMI dewasa ini haruslah dimulai dengan lebih dioptimalkan tiga budaya HMI dalam setiap perkaderan, yaitu membaca, berdiskusi, dan menulis karena dengan optimalisasi tiga budaya HMI tersebut para kader-kader HMI secara perlahan akan kembali menunjukkan pada nilai kualitas kader yang paripurna.
Pamekasan, 14 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar